Kamis, 19 Mei 2016

Demokrasi Menagih Janji

Ketika sebuah papan catur telah dibentangkan, para prajurit dan aspek-aspek yang mendukungnya ditampakkan untuk memulai sebuah perjalanan. Begitu pun keadaan Indonesia sekarang ini yang terkesan saat ada presiden dan wakil presiden baru yang terpilih maka sebuah roda kehidupan untuk pembenahan sistem diulang kembali dari nol. Semua metode guna menganalisis kondisi bangsa ini pun berhamburan lewat dokumen yang memuat visi misi para capres-cawapres. Namun alangkah baiknya sekarang kita lebih memfokuskan pada perubahan-perubahan apa saja yang akan dilakukan.

Dimulai dari budaya pokok masyarakat Indonesia yakni demokrasi. Suatu paham bahkan jati diri bangsa Indonesia ini tidak luput dari dampak perombakan sistem. Entah itu sistem pemerintahan, sistem politik atau pun yang lain. Ketika sebuah budaya yang bernama demokrasi menagih janjinya kepada para negarawan, apa yang kita lakukan sebagai negarawan yang berkewajiban penuh untuk merawat Indonesia.

Berikut ulasan mengenai hubungan antara demokrasi-revolusi negarawan-perombakan sistem.

·         Pengertian Demokrasi

Demokrasi, yang menurut asal kata berarti “rakyat berkuasa” atau “government or rule by the people”. (Kata Yunani demos berarti rakyat, kratos/kratein berarti kekuasaan/berkuasa). Berdasarkan penelitian yang diselenggarakan oleh UNESCO dalam tahun 1949 menyatakan, “probably for the first time in history democracy is claimed as the proper ideal description of all systems of political and social organizations advocated by influential proponents”. Hal tersebut mengartikan bahwa untuk pertama kalinya demokrasi dinyatakan sebagai nama yang berpengaruh. Terdapat dua kelompok aliran yang paling penting dalam pemikiran demokrasi yakni kelompok aliran yang paling penting, yaitu demokrasi konstitusionil dan satu kelompok aliran yang menamakannya dirinya “demokrasi” namun mendasarkan dirinya sebagai komunisme.

Demokrasi yang dianut di Indonesia, yaitu demokrasi berdasarkan Pancasila, masih dalam taraf perkembangan dan mengenai sifat-sifat dan ciri-cirinya terdapat pelbagai tafsiran serta pandangan. Tetapi tidak dapat disangkal apabila dalam Undang-Undang Dasar 1945 terdapat beberapa nilai pokok dari demokrasi konstitusional. Akan tetapi perlu diketahui bahwa dalam masa demokrasi Terpimpin sedikit banyak telah terpengaruh oleh beberapa konsep komunis berkat kelihaian PKI untuk menyusupkan konsep-konsep dari alam fikiran komunisme ke dalam kehidupan politik kita pada masa pra G 30 S. Maka dari itu perlu kiranya kita menjernihkan fikiran kita sendiri dan meneropong dua aliran fikiran utama yang sangat berbeda tersebut.

·         Sejarah Perkembangan Demokrasi

Pada permulaan pertumbuhannya demokrasi telah mencakup beberapa azas dan nilai yang diwariskan kepadanya dari masa yang lampau, yaitu gagasan mengenai demokrasi dari kebudayaan Yunani Kuno dan gagasan mengenai kebebasan beragama. Gagasan demokrasi Yunani boleh dikatakan hilang dari muka dunia Barat waktu bangsa Romawi, yang sedikit banyak masih kenal kebudayaan Yunani, dikalahkan oleh suku-bangsa Eropa Barat dan benua Eropa memasuki Abad Pertengahan.

Sebelum Abad Pertengahan berakhir dan di Eropa Barat pada permulaan abad ke-16 muncul negara-negara nasional dalam bentuk yang modern, maka Eropa Barat mengalami beberapa perubahan sosial dan kulturil yang mempersiapkan jalan untuk memasuki zaman yang lebih modern di mana akal dapat memerdekakan diri dari pembatasan-pembatasannya. Kebebasan berpikir membuka jalan untuk meluaskan suatu gagasan di bidang politik. Timbullah gagasan bahwa manusia mempunyai hak-hak politik yang tidak boleh diselewengkan terhadap raja yang polanya sudah lazim pada masa itu mempunyai kekuasaan tak terbatas.

Pendobrakan terhadap kedudukan raja-raja absolut ini didasarkan atas suatu teori rasionalistis yang umumnya dikenal sebagai social contract. Salah satu azas dari gagasan kontrak sosial ialah bahwa dunia dikuasai oleh hukum yang timbul dari alam yang mengandung prinsip-prinsip keadilan yang universil. Pada hakekatnya teori-teori kontrak sosial merupakan usaha untuk mendobrak dasar dari pemerintahan absolut dan menetapkan hak-hak politik rakyat. Sebagai akibat pergolakan tersebut maka pada akhir abad ke-19 gagasan mengenai demokrasi mendapat wujud konkrit sebagai program dan sistim politik.

·         Perumusan Demokrasi Pancasila

Azas negara hukum Pancasila mengandung prinsip, pertama sebagai pengakuan dan pelindungan hak azasi yang mengandung persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi, kulturil dan pendidikan. Kedua, peradilan yang bebas dan tidak memihak. Ketiga, jaminan kepastian hukum dalam semua persoalan. Sedangkan berdasarkan Symposium Hak-hak Azasi Manusia tahun 1967, apapun predikat yang akan kita berikan kepada demokrasi kita, maka demokrasi itu harus demokrasi yang bertanggungjawab, artinya demokrasi yang dijiwai oleh rasa tanggungjawab terhadap Tuhan dan sesama  kita.

Berhubung dengan keharusan kita di tahun-tahun yang akan datang untuk mengembangkan “a rapidly expanding economy” maka disamping pemerintah yang kuat dan berwibawa, diperlukan juga secara mutlak pembebasan dinamika yang terdapat dalam masyarakat dari kekuatan-kekuatan yang mendukung Pancasila.

·         Membangun Mental Politik Humanis

Dalam dokumen Jalan Perubahan untuk Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian: Visi Misi dan Program Aksi, sebagai dokumen tertulis janji Jokowi-JK dalam kampanye bidang tata kelola pemerintahan, reformasi sistem hukum, dan revolusi karakter ditempatkan dalam poin kedua, keempat dan kedelapan.

Politik humanis, sebuah sistem politik yang mempunyai tujuan utama sebuah bangsa untuk bernegara: kesejahteraan rakyat. Mental politik humanis yaitu sebuah kondisi ketika ruang politik bernegara dan berkebangsaan dipenuhi oleh pelaku-pelaku politik yang dilandasi moral dan etika yang tinggi (akhlak) sehingga sadar akan hak dan kewajibannya sebagai penyelenggara negara. Sesungguhnya, pembentukan mental politik humanis ini merupakan salah satu cara untuk “memurnikan” operasionalisasi politik sebagai sebuah ilmu.

Mental politik humanis merupakan cara terbaik dan tepat untuk mengubah wajah struktur dan sistem pemerintahan serta hukum di republlik ini. Sehingga tujuan utama dari dibentuknya negara ini dapat segera tercapai. Setidaknya ada tiga jalan besar yang ditempuh untuk membentuknya. Tiga jalan besar tersebut sejalan dengan tiga dari sembilan agenda prioritas (Nawa Cita) pemerintahan Jokowi-JK. Tiga jalan itu dimulai dari (1) pendidikan (revolusi karakter); (2) reformasi sistem hukum dan pemerintahan dan (3) pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Berikut penjelsan lebih dalam mengenai ketiga jalan tersebut :

  •     Pendidikan sebagai gerbang revolusi karakter

Pendidikan menjadi kata kunci untuk mewujudkan sebuah revolusi karakter atau revolusi mental sebuah bangsa. Sehingga, revolusi di bidang pendidikan harusnya dinomorsatukan untuk mencapai revolusi mental. Ketika bangsa tengah mengalami multikrisis seperti sekarang (kepemimpinan, akhlak, keimanana, kepercayaan, dan keteladanan). Maka dari dunia pendidikan itu, yang perlu ditumbuhkembangkan dan ditingkatkan yaitu pendidikan akhlak. Sesungguhnya, jika kita perhatikan bahwa sumber dari segala kebobrokan dan kehancuran politik serta hukum di negeri ini berawal dari krisis akhlak pada pemimpin bahkan masyarakat sendiri.

Pembenahan kurikulum selanjutnya dapat berdampak pada penambahan poin pendidikan yang harus ditingkatkan, bukan berarti harus menambah jam mata pelajaran agama. Sejatinya pendidikan akhlak tidak cukup disampaikan saat dalam kelas saja namun di luar lingkungan ruang kelas tersebut seperti keluarga, kelompok-kelompok dan masyarakat secara umum.

Apabila kondisi tersebut dijaga dengan baik siklusnya maka akan terbentuk mental manusia Indonesia yang humanis di bidang politik secara perlahan. Karena akhlak tidak hanya mampu membedakan mana yang benar dan salah, tetapi lebih dari itu dimana akhlak juga mengandung etika dan estetika berkehidupan dalam masyarakat.
  • Reformasi sistem


Demi menyambut hasil dari revolusi karakter di atas maka pemerintahan sepatutnya membangun sebuah wadah yang pas untuk masyarakatnya berkembang. Namun tidak jarang sistem yang telah dirubah sedemikian rupa malah menjadi jurang bagi pembaharu negeri hasil dari revolusi karakter tersebut. Untuk saat ini reformasi sistem yang patut disoroti adalah sistem perekrutan penyelenggara negara. Sistem saat ini sangat merugikan orang-orang baik, karena menciptakan struktur oligarki yang teramat kuat sehingga kekuasaan itu hanya diatur dan dijalankan oleh segelintir orang.

  •  Good governance



Demokratisasi, transparansi, akuntabilitas, efektivitas dan efesiensi penyelenggaraan bernegara dan berkebangsaan harus ditingkatkan oleh pemerintahan mendatang. Pemerintahan mendatang harus sadar betul bahwa paradigma penyelenggaraan negara sekarang sudah tidak lagi betumpu pada satu aktor tunggal yaitu negara itu sendiri. Tetapi diperlukan kerja sama dan kolaborasi antaraktor yang berkepentingan seperti aktor swasta dan masyarakat sipil. Tentu saja, koalisi ini harus tetap kritis satu sama lain ketika salah satu aktor dianggap tidak mengalami kemajuan dan perubahan yang berarti dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dan keadilan tersebut. 

Daftar pustaka :
1. Belajar Merawat Indonesia, Menagih Janji Negarawan
2. Dasar-Dasar Ilmu Politik 

Jumat, 25 September 2015

Review Film Wild Weather : Cold

"Ketika kita berperang melawan cuaca. Cuaca menang, dan semua teknologi kita tidak ada gunanya"

Dimulai dari kutub utara, Donal Maclntyre kembali menjalankan misinya mempelajari tentang cuaca “dingin”. Dia mencoba menggali lebih dalam tentang pengaruh suhu di kutub utara terhadap cuaca ekstrim yang menyerang di beberapa belahan dunia misal longsoran salju, badai es, dan hujan air super dingin.  
Pemberhentian pertamanya adalah Greenland, di sana dia melihat bagaimana Inuit bertahan di suhu minus 40. Dia menghabiskan 24 jam dengan kereta luncur patroli Sirius dan tinggal selama tiga bulan di lingkungan yang ekstra dingin. Berdasarkan pengalaman Donal Maclntyre saat mengikuti cara bertahan hidup Inuit pada suhu minus 40 derajat yakni mereka membangun sebuah ruang istirahat dari gundukan salju yang nyatanya dapat menyelematkan mereka dari dinginnya udara luar. Perbedaan suhu antara di dalam ruangan es tersebut dan di luar sangatlah drastis, jadi dapat dikatakan para Inuit memang sudah terlatih untuk bertahan hidup di cuaca ekstrim.
Donal diuji kembali ketika melihat efek dingin yang ekstrim pada tubuh dua orang yang selamat saat kondisi cuaca paling buruk di New York, ketika angin mencapai 145 mph hingga menghasilkan badai hebat. Berdasarkan  pengalaman yang dituturkan oleh dua orang tersebut, ketika suhu dingin menyerang keadaan dingin akan membekukan jaringan kulit. Es terbentuk di dalam cairan dan di sekitar sel. Pembuluh darah membeku keras dan tidak ada oksigen yang dibawa, yang lebih parah lagi ketika tubuh tidak ada suplai darah maka sel mudah terkena infeksi. Ganggre masuk lalu daerah yang tidak terdapat suplai darah tersebut akan menjadi hitam dan membusuk. Pada tahap tersebut tidak ada pilihan kecuali diamputasi. 
Perjalanan berlanjut ketika semua angin kutub ke selatan bertemu udara panas khatulistiwa, bila kedua aspek itu bertemu segala bencana akan terjadi. Dan tempat terdepan adalah stasiun puncak Washington, di timur laut Amerika. Pada Puncak Washington Donal Maclntyre mengalami cuaca ekstra dingin,  namun cuaca tersebut terjadi ketika kabut yang mengenai wilayah Puncak Washington terdiri dari milyaran titik air. Kemampuan air tetap cair meskipun jauh di bawah nol adalah salah satu penyebab terjadinya cuaca terhebat bernama badai salju yang pernah terjadi di Kanada pada tahun 1998.

Donal Maclntyre juga mengadakan penelitian tentang sebarapa lama seseorang dapat bertahan di keadaan suhu dingin. Pada umumnya manusia hanya dapat bertahan di suhu dingin tanpa pakaian penghangat selama 30 menit, hal ini disebabkan karena otot-otot mulai kaku dan otak menjadi dingin sehingga memperlambat kerja otak.



Jumat, 29 Mei 2015

Becak Lawu, Transformasi Sederhana Mobil Ferrari


Tidak banyak orang jaman sekarang mengenal alat transportasi pengangkut ranting pohon hutan bernama Becak Lawu. Transportasi pengangkut tersebut digunakan oleh masyarakat Gunung Lawu sejak puluhan tahun silam. Ya, sesuai namanya sendiri Becak Lawu memang digunakan masyarkat lereng Gunung Lawu untuk menyambung hidup karena bagi mereka harga gas elpiji masih terlalu mahal, sehingga mereka mau tidak mau harus mengambil ranting pohon sebagai kayu bakar dan hasil hutan yang lain. Sejarah pembuatan becak lawu memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat setempat yang sederhana. Hal tersebut tergambar dalam model Becak Lawu yang sangat sederhana. Faktor pendorong lain adalah letak geografis yang membuat jalan transportasi naik turun.



Becak ini tidak mempunyai pedal, rantai, stang, sadel maupun mesin. Kendaraan ini hanya terbuat dari rangkaian batang kayu. Rodanya pun terbuat dari kayu yang dibalut ban bekas. Di tengah-tengah rodanya dipasang klaker agar putaran roda bisa kencang.



“Komponen utama becak kayu ini hanya ada dua, yakni rem dan roda. Keduanya berfungsi untuk menahan laju sekaligus belok,” terang Sutrisno, warga pengguna Becak Lawu asal Desa Klaten, Kecamatan Plaosan, Magetan saat berbincang dengan Madiun Pos di di tepi jalan raya Solo-Magetan, Senin (4/5/2015).

Tuntutan biaya bertahan hidup kian meninggi, masyarakat pengguna Becak Lawu memilih bertahan menggunakan Becak Lawu karena biaya perawatan yang tidak mahal. “Biayanya paling mahal hanya beli besi bangunan dan klaker. Paling enggak sampai Rp100 ribu. Kalau rusak, ya tinggal ganti kayu. Diperbaiki sendiri,” ujar salah satu warga setempat.

Seiring berjalannya waktu, perubahan (modifikasi) pada Becak Lawu kian menarik. Hal tersebut bertujuan agar para pemuda di sana mau mengembalikan alat transportasi sederhana itu untuk penunjang kehidupan sehari-hari. Becak Lawu dibentuk layaknya mobil ferrari yang bertujuan juga sebagai penambah pilihan permainan anak-anak. Cara kerja dari Becak Lawu itu sendiri sangat mudah, tinggal mencari jalan yang menurun dan ketika ingin mengerem tinggal menarik pegangan tangan ke arah belakang otomatis rem di belakang ban akan menghambatnya serta mengemudikannya dengan kaki untuk membelokkannya.


Jadi, ingin mencoba Becak Lawu?

Daftar pustaka :
1.      Kazemha, Rendy. (2013). Becak Lawu, Kendaraan Tradisional Magetan. https://cyberndut17.wordpress.com
2.      Susanto, Aries. (2015). Kredit Motor Kian Mudah, Becak Lawu Mulai Punah. http://jogja.solopos.com/
3.      Susanto, Aries. (2015). Inilah Angkutan Murah Meriah di Lereng Lawu. http://jogja.solopos.com/

Selasa, 26 Mei 2015

Ketergantungan Keadaan Politik terhadap Media

Mengutip pernyataan  Najwa Shihab dalam acara talkshownya yang sangat booming,  Mata Najwa mengungkap bahwa keadaan politik di Indonesia bisa saja memiliki kecanduan terhadap bagaimana media massa akan menyebarluaskan keadaan politik itu sendiri. Ada banyak cara media massa menganalisis setiap perbincangan tokoh politik bangsa ini. Tentu masyarakat tidak mengetahui bagaimana informasi yang sebenarnya diproses. Setiap media massa akan selalu memberi kesan bahwa merekalah yang selalu benar, terkadang bisa saja membalikkan fakta demi kepuasaan beberapa orang. Sedangkan murninya sebuah berita untuk rakyat di luar sana bagaimana?
Hal ini langsung ditimpali dengan berbagi spekulasi dan pernyataan pedas dari pemerintahan, khususnya para wakil rakyat yang sejatinya sering diberitakan negatif. Beberapa memiliki pandangan tersendiri untuk kaum media massa, terkait dengan kegiatan wakil rakyat ketika bertugas di luar kantor. Para wakil rakyat ini meminta media untuk sesekali memberitakan gerakan positif mereka  terhadap masyarakat pelosok ketika media massa ikut meliput. Mungkin wakil rakyat sudah bosan dengan berita sisi negatif. Dari keterangan tersebut sudah dapat disimpulkan bahwa  memang benar keadaan politik akan selalu bergantung pada media massa yang memberitakan hal tersebut.
Menyimak dari ulasan sebuah paper yang berjudul “Peran Media Massa dalam Sistem Politik Indonesia”, ditemukan beberapa keseimpulan yang perlu dicermati lagi. Salah satu poin penting dalam artikel tersebut adalah ketika penelitian dalam komunikasi, psikologi, dan sosiologi menyatakan bahwa, cara pandang manusia akan sangat ditentukan oleh jenis dan volume informasi yang mereka terima adalah bahwa kita dapat informasi yang mereka terima. Ranah politik erat sekali hubungannya dengan kekuasaan, jabatan dan harta yang dimiliki masing-masing pelaku politik. Bukan perkara mudah bagi sang legislator maupun calon legislator mendapat sambutan baik dari masyarakat. Pada saat itu lah, media massa dari berbagai jenis diharapkan mampu menunjang dan memperbaiki pamor mereka. Meskipun tidak banyak yang berakhir dengan perang antar media massa yang masing-masing menjagokan suatu golongan atau tokoh.
Masyarakat kini juga perlu dicerdaskan bagaimana memilah informasi yang baik dan berkualitas bagi dirinya. Khususnya para masyarakat sipil berpendidikan (mahasiswa) juga dituntut bukan hanya menyiapkan Indonesia yang lebih baik sebagai pengganti golongan tua namun dituntut pula dalam membantu masyarakat ‘polos’ untuk menghadapi media massa.
Golongan muda yang kini memiliki segudang ilmu baru, pengetahuan baru dan penelitian baru dalam bidang jurnalistik dan komunikasi di dunia pemerintahan akan sangat membantu jika mereka rela ikut membantu memperbaiki  kualitas media massa sekarang ini. Tidak banyak yang bisa dilakukan masyarakat ketika berada dalam arus perpolitikan bangsa lewat media massa. Beberapa kalimat atau kata asing yang tidak mereka ketahui bisa jadi menjadi penyebab meningkatnya populasi ketidakingin-tahuan masyarakat tentang keadaan politik sekarang.

Pustaka :

Mahendra, Derry.2010.Peran Media Massa Dalam Sistem Politik di Indonesia.Universitas Gunadarma

Sabtu, 07 Februari 2015

Sajak Kusam



Sorotan Tajam Pendidikan




Telah banyak artikel dan pemberitaan yang mengungkap jalan cerita perkembangan pendidikan di Indonesia.


Ini adalah ungkapan isi hati saya dalam sedikit cerita tentang pendidikan di pelosok kota. Waktu itu saya ditugaskan untuk mempublikasikan salah satu acara dalam proker paguyuban bersama satu orang teman di sebuah SMA, sebut saja SMA A. Setelah beberapa saat sampai di tujuan, kami langsung disambut dengan tatapan heran dari siswa-siswi yang berlalu-lalang di dekat parkiran sepeda motor. Mungkin mereka heran ada dua orang asing yang memakai jas alamamater hijau tua yang belum pernah mereka temui. 

Kami berjalan menyusuri lorong dekat lapangan sekolah, dan berpapasan dengan seorang guru yang sangat ramah menyambut kami untuk diberi petunjuk ke arah ruang BK. Lagi-lagi selagi kami berjalan di lorong tersebut, siswa-siswi banyak berbisik dan menatap kami dengan aneh. Sesampainya di ruang BK, kami juga disambut dengan antusias. Tanpa pikir panjang setelah ngobrol santai kami dipersilahkan masuk ke beberapa ruang kelas XII guna publikasi dan pengenalan profil instansi yang kami bawa. 

Masuk di kelas pertama, suasana pengap menyambut. Hanya ada satu kipas angin yang berfungsi dan tambahan angin semilir dari luar ruangan. Awalnya saya berpikir kami akan disambut dengan berbagai pertanyaan yang berbobot dari mereka setelah memperkenalkan instansi kami. Ternyata dugaan saya melenceng jauh, kami disambut dengan pertanyaan aneh dan konyol yang membuat kami gerang. Tidak terjadi pada satu kelas saja, namun pada presentasi di semua kelas kami mendapatkan perlakuan yang sama. Hingga akhirnya kami memilih mengakhiri publikasi di SMA A.

 

Pendidikan di Indonesia memang benar-benar belum merata. Pada kenyataan yang dapat ditemui di lapangan, masih banyak calon mahasiswa yang berpikiran pendek akan kelanjutan hidupnya sendiri. Sekuat apapun para mahasiswa mengecam ataupun mengritik pemerintah akan berakhir sama saja. Jadilah mahasiswa yang suatu saat bisa merebut kekuasaan pemerintah dan ambil kebijakan sebagaimana mestinya yang ada di lapangan.

Kalau bukan kaum mahasiswa, siapa lagi yang akan rela berpikir keras dan mendatangi beberapa sekolah pelosok di negeri ini? 

Perubahan "mindset" harus segera dilakukan, penyebaran pendidikan dan ilmu yang diberikan juga harus setara dengan anak-anak kota. Bukan hanya satu dua anak pelosok yang bisa bertahan di medan persaingan dengan anak-anak kota, namun lebih banyak lagi generasi muda dari pelosok yang tidak hanya bermental atas kehidupan yang kurang tapi juga bermental otak cerdas akan dibutuhkan, dan semua itu harus seimbang jika memang ingin bertahan.